Karya
: Acep Zamzam Noor
Jalan menuju rumahmu kian memanjang
Udara berkabut dan dingin subuh
Membukus perbukitan. Aku menggelepar
Di tengah salak anjing dan ringkik kuda :
Engkau di mana? Angin mengupas
lembar-lembar
Kulitku dan terbongkarlah kesepian dari
tulang-tulang
Rusukku. Bulan semakin samar dan gemetar
Aku menyusuri pantai, menghitung lokan dan
bicara
Pada batu karang. Jalan menuju rumahku kian
lengang
Udara semakin tiris dan langit menaburkan
serbuk gerimis
Aku pun mengalun bersama gelombang
Meliuk mengikuti topan dan jumpalitan
Bagai ikan. Tapi matamu kian tak
tergambarkan
Kukit-kulit kayu, daun-daun lontar,
kertas-kertas tak lagi
Menuliskan igauanku. Semua beterbangan dan
hangus
Seperti putaran waktu. Kini tak ada lagi
sisa
Tak ada lagi yang tinggal pada pasir dan
kelopakku
Kian runcing dan pucat. Kembali aku
bergulingan
Bagai cacing dan pucat. Bersujud lama
sekali
Engkau siapa? Sebab telah kutatah nisan
yang indah
Telah kutulis sajak-sajak paling sunyi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar