A. Faktor
Penyebab Timbulnya Masyarakat Multikultural di Indonesia
1. Keragaman
Suku Bangsa
Negara Indonesia adalah Negara
kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil. Luasnya sekitar dua
juta kilometer persegi. Terdapat sekitar 1.377 buah pulau. Pulau – pulau
tersebut hampir semuanya dihuni oleh penduduk. Ada beberapa pulau-pulau kecil
dan terasing yang belum ada penduduknya. Pulau satu dengan lainnya dipisahkan
oleh laut atau selat.
Bangsa Indonesia terdiri atas banyak
sekali suku bangsa. Ada beraneka ragam suku bangsa di Kepulauan Indonesia.
Tidak kurang dari 300 suku bangsa mendiami Kepulauan Indonesia, tetapi semuanya
bergabung menjadi satu, yaitu satu bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, itulah semboyan Negara kita. Berbeda-beda
suku bangsa, tetapi tetap satu bangsa Indonesia.
Menentukan
persebaran suku bangsa di Indonesia tidaklah mudah. Merujuk dari pendapat R.
Naroll dan J.A. Cllifton, Koentjaraningrat menyebutkan ada beberapa prinsip
yang dapat digunakan untuk menentukan batas-batas persebaran suku bangsa,
termasuk kebudayaan-kebudayaan yang dimilikinya. Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut.
1)
Kesatuan
masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.
2)
Kesatuan
masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau satu
logat bahasa.
3)
Kesatuan
masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politikal administratif.
4)
Kesatuan
masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri.
5)
Kesatuan
masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografis yang merupakan kesatuan
daerah fisik.
6)
Kesatuan
masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologi.
7)
Kesatuan
masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu pengalaman sejarah yang sama.
8)
Kesatuan
masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dengan yang lain
tinggi.
9)
Kesatuan
masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.
Lalu,
bagaimana pembagian suku bangsa yang ada di Indonesia? Menurut beberapa ahli,
pembagian suku bangsa yang tersebar di seluruh Indonesia dapat digambarkan
sebagai berikut.
Suku-Suku Bangsa
Yang Mendiami Kepulauan Indonesia
No.
|
Provinsi
|
Nama Suku
|
1
|
Nangroe Aceh
Darussalam
|
Aceh, Gayo, Alas,
Kluet, Tamiang, Singkil, Anak Jame, Simeleuw, dan Pulau
|
2
|
Sumatera Utara
|
Batak Karo, Batak
Simalungun, Batak Fakfak, Batak Angkola, Batak Toba, Melayu, Nias, Batak
Mandailing, dan Maya-maya
|
3
|
Sumatera Barat
|
Minangkabau, Melayu,
dan Mentawai, Tanjung Kato, Panyali, Caniago, Sikumbang, dan Gusci
|
4
|
Riau
|
Melayu, Akit, Talang
Mamak, Orang utan Bonai, Sakai, dan Laut, dan Bunoi
|
5
|
Riau Kepulauan
|
Melayu, Siak, dan
Sakai
|
6
|
Jambi
|
Batin, Kerinci,
Penghulu, Pedah, Melayu, Jambi, Kubu, dan Bajau
|
7
|
Bengkulu
|
Muko-muko, Pekal,
Serawai, Pasemah, Enggano, Kaur, Rejang, dan Lembak
|
8
|
Sumatera Selatan
|
Melayu, Kikim,
Semenda, Komering, Pasemah, Lintang, Pegagah, Rawas, Sekak Rambang, Lembak,
Kubu, Ogan, Penesek Gumay, Panukal, Bilida, Musi, Rejang, dan Ranau
|
9
|
Lampung
|
Pesisir, Pubian,
Sungkai, Semenda, Seputih, Tulang Bawang, Krui Abung, dan Pasemah
|
10
|
Bangka Belitung
|
Bangka, Melayu, dan
Tionghoa
|
11
|
Banten
|
Baduy, Sunda, dan
Banten
|
12
|
DKI Jakarta
|
Betawi
|
13
|
Jawa Barat
|
Sunda
|
14
|
Jawa Tengah
|
Jawa, Karimun, dan
Samin
|
15
|
D.I. Yogyakarta
|
Jawa
|
16
|
Jawa Timur
|
Jawa, Madura, Tengger,
dan Osing
|
17
|
Bali
|
Bali Aga dan Bali
Majapahit
|
18
|
Nusa Tenggara Barat
|
Bali, Sasak, Samawa,
Mata, Dongo, Kore, Mbojo, Dompu, Tarlawi, dan Sumba
|
19
|
Nusa Tenggara Timur
|
Sabu, Sumba, Rote,
Kedang, Helong, Dawan, Tatum, Melus, Bima, Alor, Lie, Kemak, Lamaholot,
Sikka, Manggarai, Krowe, Ende, Bajawa, Nage, Riung, dan Flores
|
20
|
Kalimantan Barat
|
Kayau, Ulu Aer,
Mbaluh, Manyuke, Skadau, Melayu-Pontianak, Punau, Ngaju, dan Mbaluh
|
21
|
Kalimantan Tengah
|
Kapuas, Ot Danum,
Ngaju, Lawangan, Dusun, Maanyan, dan Katingan
|
22
|
Kalimantan Selatan
|
Ngaju, Laut, Maamyan,
Bukit, Dusun, Deyah, Balangan, Aba, Melayu, Banjar, dan Dayak
|
23
|
Kalimantan Timur
|
Ngaju, Otdanum,
Apokayan,Punan, Murut, Dayak, Kutai, Kayan, Punan, dan Bugis
|
24
|
Sulawesi Selatan
|
Mandar, Bugis, Toraja,
Sa’dan, Bugis, dan Makassar
|
25
|
Sulawesi Tenggara
|
Mapute, Mekongga,
Landawe, Tolaiwiw, Tolaki, Kabaina, Butung, Muna, Bungku, Buton, Muna, Wolio,
dan Bugis
|
26
|
Sulawesi Barat
|
Mandar, Mamuju, Bugis,
dan Mamasa
|
27
|
Sulawesi Tengah
|
Buol, Toli-toli,
Tomini, Dompelas, Kaili, Kulawi, Lore, Pamona, Suluan, Mori, Bungku,
Balantak, Banggai, dan Balatar
|
28
|
Gorontalo
|
Gorontalo
|
29
|
Sulawesi Utara
|
Minahasa, Bolaang
Mangondow, Sangiher Talaud, Gorontalo, Sangir, Ternate, Togite, Morotai,
Loda, Halmahera, Tidore, dan Obi
|
30
|
Maluku
|
Buru, Banda, Seram,
Kei, dan Ambon
|
31
|
Maluku Utara
|
Halmahera, Obi,
Morotai, Ternate, dan Bacan
|
32
|
Papua Barat
|
Mey Brat, Arfak,
Asmat, Dani, dan Sentani
|
33
|
Papua
|
Sentani, Dani,
Amungme, Nimboran, Jagai, Asmat, dan Tobati
|
Suku-suku di
atas adalah suku-suku asli Indonesia. Masih ada suku atau bangsa lain yang ada
di Indonesia. Misalnya bangsa Cina, Arab, India, Jepang, Belanda, Malaysia,
Australia, Amerika, dan Melayu. Mereka adalah suku bangsa asing. Ada yang menetap
ada yang hanya sementara untuk kepentingan dagang. Pada umumnya mereka
bertempat tinggal di kota namun kita harus tetap satu dan bersatu.
Perbedaan
suku bangsa tersebut tentu saja berbeda pula adat istiadat dan kebudayaannya.
Itulah sebabnya, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang multicultural.
Koentjaraningrat dalam
bukunya, Pengantar Antropologi (1959), membagi wilayah Indonesia ke
dalam 19 daerah hokum adat berikut ini :
1.
Aceh
2.
Gayo – Alas dan Batak
3.
Minangkabau
4.
Sumatra Selatan
5.
Melayu
6.
Bangka dan Belitung
7.
Kalimantan
8.
Sangir – Talaud
9.
Gorontalo
10.
Toraja
11.
Sulawesi Selatan
12.
Ternate
13.
Ambon – Maluku
14.
Irian
15.
Timor (Nusa Tenggara)
16.
Bali dan Lombok
17.
Jawa Tengah dan Jawa Timur
18.
Surakarta dan Yogyakarta
19.
Jawa Barat dan Banten
Masyarakat
Indonesia beraneka ragam dalam suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut hidup
membaur dan menyebar di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia. Daerah Khusus
Ibukota Jakarta merupakan tempat pembauran dari berbagai suku bangsa yang ada
di Indonesia. Pembauran tersebut dapat terjadi oleh karena bangsa Indonesia
memiliki ideologi yang mempersatukan bangsa dan tanah air, yakni Pancasila.
Berkaitan
dengan perbedaan identitas dan konflik sosial muncul tiga kelompok sudut
pandang yang berkembang, yaitu:
1. Pandangan
Primordialisme
Kelompok
ini menganggap perbedaan-perbedaan yang berasal dari genetika seperti suku,
ras, agama merupakan sumber utama lahirnya benturan-benturan kepentingan etnis
maupun budaya.
2. Pandangan Kaum
Instrumentalisme
Menurut
mereka, suku, agama, dan identitas yang lain dianggap sebagai alat yang
digunakan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih besar baik
dalam bentuk materiil maupun nonmateriil.
3. Pandangan Kaum
Konstruktivisme
Kelompok
ini beranggapan bahwa identitas kelompok tidak bersifat kaku, sebagaimana yang
dibayangkan kaum primordialis. Etnisitas bagi kelompok ini dapat diolah hingga
membentuk jaringan relasi pergaulan sosial. Oleh karena itu, etnisitas
merupakan sumber kekayaan hakiki yang dimiliki manusia untuk saling mengenal
dan memperkaya budaya. Bagi mereka persamaan adalah anugerah dan perbedaan
adalah berkah.
2.
Keragaman Budaya Daerah
Ada ratusan suku
bangsa di Indonesia. Hampir setiap suku mempunyai kebudayaan tersendiri. Mereka
mempunyai adat-istiadar, kebiasaan, agam, bahasa yang berbeda. Keragaman ini
disebabkan beberapa faktor seperti letak geografis dan iklim.
a.
Lingkungan alam geografis.
Indonesia merupakan negara yang sangat luas yang terdiri dari kepulauan.Di samping itu,
Indonesia juga merupakan negara vulkanis dengan banyak pegunungan, baik gunung
berapi ataupun yang bukan berapi. Karena kedua faktor tadi, maka di Indonesia
terjadi isolasi geografi . Isolasi geografi adalah pembatasan suatu daerah oleh
karena keadaan alam, yaitu laut dan gunung.
-
Isolasi akibat laut
menyebabkan munculnya hambatan dalam melakukan hubungan diantara masing-masing
pulau, walaupun tidak sama sekali terputus. Masing-masing pulau kemudian
berkembang sesuai dengan alam yang ada di sekitar daerahnya. Oleh karena itu,
antara satu pulau dengan pulau lain mempunyai suku bangsa yang berbeda
kebudayaannya. Contohnya antara pulau Kalimantan dengan pulau Sulawesi
mempunyai suku bangsa dengan budaya yang berbeda-beda. Di Kalimantan terdapat
suku bangsa dominan, yaitu suku Dayak. Sedangkan di Sulawesi terdapat banyak
suku bangsa yang berbeda tanpa ada dominasi. Begitu pula antara pulau Jawa
dengan pulau Bali yang dipisahkan oleh selat Bali. Walaupun dalam sejarah
tercatat bahwa suku bangsa Bali berasal dari suku bangsa Jawa, tetapi dalam
perkembangan budayaanya diantara kedua suku bangsa tersebut memiliki perbedaan.
-
Isolasi akibat
gunung yang tinggi, sehingga menghambat hubungan antara satu daerah dengan daerah lain.
Dalam satu pulau terdapat banyak suku bangsa karena adanya hambatan geografi
yang berupa pegunungan.Pada dasarnya ada budaya yang masih sama, tetapi dapat
pula terjadi perbedaan yang menyolok antara suku bangsa satu dengan suku bangsa
lain dalam satu pulau. Contohnya di pulau Jawa terdapat suku bangsa Sunda dan
Jawa. Kedua suku tersebut mempunyai kebudayaan yang berbeda, walaupun tetap ada
beberapa bagian budaya yang masih sama.
b.
Iklim yang berbeda
Berdasarkan
pembagian iklim matahari, iklim di Indonesia secara umum adalah berupa iklim
tropis yang panas. Iklim yang ada di suatu daerah dapat berbeda dengan daerah
lain, hal ini dinamakan dengan iklim setempat. Faktor iklim setempat dapat
menyebabkan perbedaan tata cara hidup masyarakat. Hal ini memengaruhi pula pola
perilaku masyarakatnya.
1. Daerah yang
mempunyai iklim yang panas dengan banyak sinar matahari dan curah hujannya akan
menjadi daerah yang subur. Karena itu, masyarakat pada daerah seperti itu pola
hidup dan mata pencahariannya adalah menjadi petani. Daerah-daerah pertanian
pada umumnya terdapat di daerah dataran rendah. Banyak suku bangsa di Indonesia
yang hidup di daerah dataran rendah dengan mata pencaharian utama sebagai
petani. Oleh sebab itu, negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris.
Sedangkan pada daerah yang berupa dataran tinggi dengan karakteristik seperti
itu akan berkembang masyarakat yang hidup dengan berkebun. Masyarakat yang
memiliki pola hidup petani misalnya pada suku Sunda, Jawa, dan Melayu yang pada
umumnya berada di wilayah Indonesia bagian barat dan beberapa di daerah bagian
tengah.
- Daerah dengan
iklim panas tetapi sedikit turun hujan menyebabkan daerah tersebut kurang
subur. Daerah ini banyak ditumbuhi semak belukar dan rumput, sehingga
menjadi daerah padang rumput yang luas. Masyarakat yang tinggal di daerah
seperti ini kemudian berkembang dengan pola hidup sebagai peternak. Mata
pencaharian sebagai peternak menjadi pilihan utama karena alam mendukung
usaha tersebut. Kondisi masyarakat seperti ini misalnya terjadi pada suku
bangsa-suku bangsa di wilayah Nusa Tenggara, seperti Flores, Ende, Timor,
Sumbawa, dan sebagainya.
- Daerah yang
beriklim panas di pinggir-pinggir pantai menyebabkan masyarakatnya menjadi
nelayan yang mengembangkan budaya menangkap ikan. Pola hidup sebagai
nelayan tentu berbeda dengan pola hidup masyarakat yang mengolah tanah.
Pada umumnya masyarakat yang tinggal di pantai hidup dengan budaya
nelayan.
Lingkungan
tersebut mempengaruhi bentuk dana tingkat kebudayaan suatu daerah sehingga
terjadi perbedaan antar kebudayaan suku atau kebudayaan daerah. Setiap suku bangsa
di Indonesia mempunyai nilai dan norma sosial budaya yang berbeda-beda. Karena
itu, pola sikap, perilaku, adat istiadat, agama, dan pandangan hidup tiap-tiap
suku bangsa berbeda-beda. Keragaman suku bangsa dan kebudayaan tersebut
merupakan ciri khas identitas masyarakat Indonesia yang multikultural. Demikian
pula etos budaya setiap suku bangsa di Indonesia tidaklah sama. Etos budaya
artinya corak khas budaya masyarakat tertentu. Etos budaya suku bangsa Sunda,
antara lain bersifat ramah-tamah, kekeluargaanm, suka basa-basi, menyenangi
warna yang kontras, menggemari musik dan nyanyian yang sentimental, dan
sebagainya. Berbeda dengan suku bangsa Betawi yang memiliki etos budaya hidup
sederhana, fanatik dalam menjalankan agama Islam, mencari nafkah dengan berdagang
kecil-kecilan, dan tidak suka hidup menggembara di daerah suku bangsa lain.
Kita sebagai
bangsa harus bangga karena bangsa indonesia kaya dengan kebudayaan daerah yang
bernilai luhur. Oleh karena itu kita wajib membina, menjaga, dan melestarikan
budaya Indonesia. Msing-masing budaya daerah wajiib mendukung terciptanya
kebudayaan karena walaupun berbeda-beda, kita tetap satu yaitu kebudayaan
Indonesia.
3. Keragaman Agama
Letak
kepulauan Nusantara pada posisi silang di antara dua samudra dan dua benua,
jelas mempunyai pengaruh yang penting bagi munculnya keanekaragaman masyarakat
dan budaya. Dengan didukung oleh potensi sumber alam yang melimpah, maka
Indonesia menjadi sasaran pelayaran dan perdagangan dunia. Apalagi di dalamnya
telah terbentuk jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau.
Masuknya agama dapat
memengaruhi perkembangan budaya pada suku-suku bangsa tertentu. Hal ini
menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan pada budaya suku bangsa. Bangsa
Indonesia pada zaman dahulu sudah mengenal kepercayaan yang berupa animisme dan
dinamisme sebelum masuknya agama ke Indonesia. Perkembangan lebih lanjut ada
sebagian dari masyarakat yang mencampuradukkan antara kepercayaan lokal dengan
agama. Adapun proses masuknya dan perkembangan agama-agama di Indonesia akan
diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1. Agama Hindu dan
Budha masuk ke Indonesia hampir bersamaan. Tetapi pada bukti sejarah menyatakan
bahwa agama Budha lebih dulu masuk ke Indonesia, baru kemudian agama Hindu. Hal
ini dapat dilihat dari keberadaan candi yang menjadi simbol agama Hindu dan
Budha. Agama Hindu berkembang pada masyarakat Bali dan Lombok. Sedangkan
pengaruh agama Budha ada di sebagian masyarakat Jawa dan beberapa masyarakat di
luar suku Jawa.
2. Agama Islam pada
awalnya masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat dari India.
Kemudian bangsa Arab datang ke Indonesia sambil melakukan perdagangan. Pengaruh
agama Islam tampak nyata dalam perkembangan budaya di beberapa suku bangsa.
Suku bangsa yang perkembangan budayanya dipengaruhi oleh agama Islam
diantaranya adalah Suku Minangkabau, Aceh, Sunda, Banjar, Makassar, dan
sebagainya.
3. Agama Katolik yang
dibawa oleh bangsa Portugis berkembang pesat pada suku bangsa Flores dan Timor.
4. Agama Kristen
memengaruhi kebudayaan di beberapa suku bangsa diantaranya adalah suku bangsa
Ambon, Batak, Minahasa, dan sebagian suku bangsa lainya. Pada suku bangsa Jawa
mempunyai keunikan tersendiri dengan berkembangnya semua agama dan kepercayaan
pada masyarakatnya. Pada masyarakat Jawa terjadi perkembangan sinkretisme dari
semua agama dan kepercayaan yang terwujud dalam budaya kejawen.
Dampak
interaksi dengan bangsa-bangsa lain itu adalah masuknya beragam bentuk pengaruh
agama dan kebudayaan. Selain melakukan aktivitas perdagangan, para saudagar
Islam, Hindu, Buddha, juga membawa dan menyebarkan ajaran agamanya.
Apalagi
setelah bangsa Barat juga masuk dan terlibat di dalamnya. Agama-agama besar pun
muncul dan berkembang di Indonesia, dengan jumlah penganut yang berbeda-beda.
Kerukunan antarumat beragama menjadi idam-idaman hampir semua orang, karena
tidak satu agama pun yang mengajarkan permusuhan.
Kehidupan beragam di Indonesia sejak dulu
sampai sekarang dapat dikatakan rukun, saling menghormati, dan diwarnai rasa
toleransi yang tinggi. Warga masyarakat antar penganut agama menjalin hubungan
kerja sama dan tolong-menolong. Bahkan setiap kali kelompok umat agama tertentu
yang sedang merayakan hari besar agamanya, di dalam kepanitiaan selalu ada umat
dari kelompok agama lain yang ikut terlibat di dalamnya.
B.
Karakteristik Masyarakat Multikultural di Indonesia
Dalam suatu masyarakat,
kita pasti menemukan banyak kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan karakteristik itu berkenaan dengan
tigkat diferensiasi dan stratifikasi sosialnya. Masyarakat seperti ini disebut
sebagai masyarakat multicultural. Masyarakat multicultural sering disebut juga
masyarakat majemuk.
Menurut Pierre L. Van den Berghe, ada beberapa karakteristik
masyarakat multikultural, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Terjadinya segmentasi ke dalam
bentuk-bentuk kelompok yang seringkali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu
dengan yang lain.
2. Memiliki struktur sosial yang
terbagi-bagi ke dalam lembagalembaga yang bersifat nonkomplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus di
antara para anggota terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.
4. Secara relatif seringkali mengalami
konflik antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.
5. Secara relatif, integrasi sosial
tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu
kelompok atas kelompok yang lain.
Dari
karakteristik masyarakat multikultural yang dikemukakan oleh Pierre L. Van den
Berghe tersebut, masyarakat di Indonesia dapat digolong-golongkan dengan
menggunakan tolok ukur secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal atau
lazim disebut dengan diferensiasi sosial ciri masyarakat multikultural
didasarkan pada keanekaragaman ras, suku bangsa, dan agama. Sementara itu,
secara vertikal atau lazim disebut dengan stratifikasi sosial, ciri masyarakat
multicultural di antaranya dapat dilihat dari tolok ukur kriteria ekonomi,
sosial, politik, dan masyarakat feodal. Penggolongan masyarakat Indonesia yang
multikultural ini sekaligus menunjukkan adanya berbagai kelompok sosial yang
ada dalam masyarakat tersebut.
Masyarakat
multicultural adalah masyarakat yang terdiri atas beragam suku bangsa dan
budaya. Masyarakat Indonesia tergolong masyarakat multicultural, karena sangat
majemuk dalam suku bangsa, ras, klan, agama, mata pencaharian, adat-istiadat,
golongan politik, dan sebagainya.
Walaupun masyarakat
Indonesia sangat majemuk, tetapi hidup bersatu secara damai dan berdampingan
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat multicultural
Indonesia ini oleh Mpu Tantular diungkapkan dengan istilah Bhineka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu.
Keragaman itu diakui
atau tidak dapat menimbulkan berbagai persoalan seperti yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini. Korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, perseturuan
politik, kemiskinan, kekerasan, sparatisme, dll. Adalah bentuk negative yang
nyata dan sebagai bagian dari multikulturalisme ini.
Seperti halnya bangsa
Indonesia, kemajemukan suku merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia yang
sering dibanggakan. Banyak orang yang belum juga menyadari bahwa kemajemukan
tersebut juga menyimpan potensi konflik yang dapat mengancam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu adalah sangat penting untuk menanamkan
nilai-nilai multicultural sejak awal pada anggota masyarakat Indonesia., agar
mekanisme dan nilai-nilai subtantif dalam demokrasi dipahami secara benar.
Sebab nilai-nilai mutikultural dan nilai-nilai demokrasi memuat nilai humanism
(kemanusiaan) seperti keadilan, empati, kebersamaan, dan mampu menerima
perbedaan. Kesadaran hidup dalam keberagaman etnis dan budaya, sesungguhnya itu
bukanlah hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Multikultural tidak hanya
menempatkan keberagaman dalam konteks sinkretisme fisik, melainkan telah
tertanam dalam relasi-relasi rohani.
Indonesia
adalah salah satu negara yang multikultural. Hal, ini disebabkan oleh
keberagaman masyarakat yang kompleks. Dapat kita perkirakan bahwa
terdapat puluhan bahkan hampir mencapai ratusan suku bangsa dengan
bahasa, adat istiadat dan agama yang
berbeda-beda yang menempati setiap pulau atau
sebagian dari suatu pulau di Nusantara
ini tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa yang sedikit banyak
terisolasi dari kesatuan suku bangsa yang lain. Tiap kesatuan suku
bangsa terdiri dari sejumlah orang yang
dipersatukan oleh ikatan-ikatan emosional, serta
memandang diri mereka masing-masing sebagai
suatu jenis tersendiri. Dengan perkecualian yang
sangat kecil, mereka pada umumnya memiliki bahasa
dan warisan kebudayaan yang sama. Lebih
daripada itu, mereka biasanya mengembangkan kepercayaan
bahwa mereka memiliki asal-usul keturunan yang sama, satu kepercayaan yang seringkali
di dukung oleh mitos-mitos yang hidup di dalam masyarakat.
Namun, suatu hal yang
membanggakan bahwa meskipun tingkat
kemajemukannya tinggi tetapi tetap kokoh sebagai
suatu kesatuan. Hal ini didasarkan pada
ide atau cita-cita yang terdapat dalam lambang
negara yang dilengkapi dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Mekipun dengan
semboyan demikian, bukan berarti di dalam
masyarakat Indonesia yang multikultural itu tidak
terjadi gejolak-gejolak yang mengarah kepada pepecahan dalam segala
bidang. Hal yang terpenting adalah mayoritas
kelompok atau lingkungan hukum adat yang
ada mengakui dan menyadari akan kesatuan di dalam keanekaragaman yang ada.